9.5.12

Cloth Diapers Online Stores in France

From so many online stores that sell cloth diapers in France, Lilinappy is the one that has various brands. They have so many imported CDs. Still, they sell many local CDs (that's very good).

http://www.lilinappy.fr

There's another online store that I like, especially during sale :p: Bébé au Naturel.

http://www.bebe-au-naturel.com

Brindilles was the first online store where we bought the first set of cloth diapers for our little miss. Now they have already merged (something like that) with Lilinappy.

http://www.brindilles.fr

And this one is relatively new (compared to others). I never buy from this Apinapi but it seems interesting if we can visit their offline store in Paris.

http://www.apinapi.fr/

They are some others like Jolilola, Melicott, La P'tit Sauterelle, Maman Naturelle, etc. And, of course it's also possible to buy directly to the fabricants (usually small or home based industries): Lulu Nature, Ptits Dessous, La Petite Prairie, Hamac, Sweet Nature, etc.

I knew some local fabricants that stopped producing (closing their business). So sad considering some of them were creating very beautiful cloth diapers. Unique, original, creative creations. Meanwhile, the new fabricants are developing too. Sometimes I saw some new brands that I've never heard before :)

Happy shopping!

Share/Bookmark

23.1.12

Changing Diapers: The Hip Mom's Guide to Modern Cloth Diapering

Voilà, My Fluffy Review...

Buku Changing Diapers ini merupakan panduan berpopok kain yang ditulis oleh Kelly Wels, salah satu senior dalam dunia cloth diapering di US. Kata sambutan dalam buku tersebut disampaikan oleh Heather McNamara, Executive Director dari Real Diaper Association, suatu asosiasi non-profit yang menggalakkan penggunaan popok kain di US. Sepengetahuan saya, keuntungan dari penjualan buku Changing Diapers ini pun akan diberikan kepada Real Diaper Association guna mendukung kegiatan advokasi asosiasi tersebut.

Sebelum buku ini terbit, saya sudah tertarik untuk membelinya karena kebetulan saya 'follow' penulis buku ini di twitter. Berhubung saya agak ter-distract dengan buku yang lain (tentang pembuatan popok kain) dan saya agak malas untuk memesannya langsung ke US, jadi saya menunda beberapa saat. Akhirnya saya memesan via Amazon.fr pada akhir bulan September 2011. Berhubung buku baru, jadi saat itu stok masih kosong dan saya harus menunggu sampai bulan November 2011. 

Berikut ini daftar isi dari buku Changing Diapers:

Chp. 1: Why Choose Cloth Diapers. Dalam bab ini, Kelly Wels membahas berbagai alasan memilih popok kain dari sisi penghematan sampai dengan kesehatan. 

Chp. 2: Snappis, doublers, AIOs, and Pockets: Understanding basic cloth diaper talk. Pada bab ini, Kelly Wels menjabarkan berbagai istilah yang sering ditemui dalam dunia cloth diapering saat ini, termasuk beberapa penjelasan mengenai bahan-bahan kain yang umum dipakai serta cara melipat popok kain prefold dan flat.

Chp. 3: Brands, Debates, and Dates: Getting started with Cloth. Pada bab ini, pembahasan lebih difokuskan pada saran Kelly tentang pemilihan popok kain. Dia sendiri tidak merujuk pada satu merk tertentu karena kondisi tiap anak dan orang tua tidaklah sama.

Chp. 4: From Newborn to Toddler: Diapering for the ages and stages. Dalam bab ini, Kelly Wels membedakan cloth diapering bagi bayi newborn sampai dengan usia 3 bulan, bayi usia 4 bulan sampai dengan setahun, dan toddler berusia 1 tahun ke atas. 

Chp. 5: The Back-to-work and Daycare Diapering Dilemma. Bab ini membahas tentang bagaimana berpopok kain pada saat sang ibu sudah harus kembali bekerja dan si kecil harus masuk daycare. Tiap Negara bagian di US memiliki hukum tersendiri mengenai penggunaan popok kain di daycare sehingga para orang tua harus mempelajari sendiri jauh-jauh hari. Selain itu, bab ini juga menyinggung tentang berpergian dengan popok kain serta penggunaan popok kain saat si kecil masih di rumah sakit (setelah persalinan).

Chp. 6: And Baby Makes Two (or More): Cloth diapering multiples and other special little ones. Sesuai judulnya, bab ini mengulas tentang berpopok kain pada bayi kembar dan bayi premature.

Chp. 7: Conquering Leaks, Rashes and The Nighttime Wet Mess. Bab ini membahas tentang masalah bocor pada popok kain, ruam popok serta berpopok kain pada waktu tidur malam.

Chp. 8: Daddies and Diapers. Bab ini lebih berupa sharing pengalaman dari para ayah yang anaknya menggunakan popok kain. 

Chp. 9: Airing Dirty Laundry: How to wash your cloth diapers. Bab ini berisi tentang cara perawatan popok kain serta mengatasi masalah bau pesing yang berlebihan. 

Chp. 10: Extra Stuff You’ll Need. Bab ini terbatas pada pembahasan singkat tentang wet totes, wet bags, cloth wipes dan swim diapers.

Chp. 11: Gotcha Covered. Bab ini adalah bagian penutup dimana ada satu pernyataan dari Kelly Wels yang berbunyi, “In the end, cloth diapering makes sense.”


Secara umum, buku ini berguna bagi para orang tua yang baru akan memutuskan untuk berpopok kain bagi anaknya. Informasi yang disampaikan dalam buku ini cukup lengkap dan cara penyampaiannya menyenangkan serta fresh. Beberapa gambar ilustrasi memberikan pemahaman yang lebih khususnya pada bagian penjelasan beragam sistem popok kain dan cara pemakaiannya.

Selain gambar ilustrasi, buku ini juga memuat gambar foto dari beberapa produk popok kain yang ada di pasar US. Dan untuk mengarahkan pemilihan, Kelly Wels juga menyebutkan beberapa nama produk, kemungkinan besar produk dari sponsor buku ini. Bila pembaca ingin mengetahui merk produk yang ditampilkan dalam foto-foto, di bagian belakang ada lampiran Fashion Index yang merinci semua merk popok yang muncul dalam buku Changing Diapers. 

Buku ini termasuk alat yang mempopulerkan istilah “fluffy” untuk popok kain. Jadi saya memberikan judul review ini “My Fluffy Review” :D.


Share/Bookmark

7.1.12

Toilet Training Memories

*Repost dari MP*


Postingan pertama di tahun 2012! Selamat tahun baru untuk semuanya... *OOT*

Biasanya postingan akhir dan awal tahun isinya resolusi dan achievement, apa yang sudah dicapai dalam setahun terakhir, bla bla... Kalau mau flash back ke belakang, rasanya achievement yang efeknya bikin hidup saya nyaman sampai hari ini adalah toilet training-nya Eneng. Lha, ini mah achievement-nya si Eneng yak... Well, achievement buat ibunya jg ah, kan udah sabar ngajarin (ehm, sabar...).

Kronologisnya begini:

Planning mulai TT di usia setahun, seperti Rara dulu. Tapi waktu masuk setahun itu, bulan April 2010, kami repot persiapan pindahan dari Lyon ke Orléans. Ngebut cari tempat tinggal, daftarin sekolah baru utk Rara, cari moving company, packing, etc, plus ditambah persiapan utk pulkam ke Indonesia. Kocar kacir deh. Suasananya tidak memungkinkan utk TT. Mundur.

Summer 2010, tepatnya Juli-Agustus. Ini moment yang ditunggu2 para ortu utk melaksanakan TT. Cuaca mendukung. Mau lari2 naked di dalam rumah/apartemen, anak2 ngga bakal masuk angin (hm, saya rasa anak2 sini ngga tahu masuk angin...). Tapi... summer itu kami pulkam ke Indonesia. Mau dijalanin pas di sana, susah juga. Banyak acara, banyak traveling plus puasa. Perubahan cuaca pun bikin Eneng meler terus hidungnya. Jet lag pun lama... Sepuluh hari baru normal tidurnya. Rempong deh kalau mau TT saat itu. Mundur lagi. Nunggu balik ke France.

September 2010, masa adaptasi di kota baru, tempat tinggal baru, juga sekolah baru utk Rara. Masa2 unpacking juga, nata2 apartemen, dll. Tak mungkin TT.

Oktober 2010 sebenarnya mulai dingin, tapi nekat TT intensif. Pakai metode Gina Ford. Hari kedua, si kecil mulai ingusan. Flu. Badan saya pun udah mulai patah2 berhubung hari pertama banyak accident ompol (baca: banyak ngepel lantai). Dan pas hari kedua TT itu, mobil kami mogok. Mertua datang utk bantu membereskan mobil. Jadwal TT kacau... Akhirnya dihentikan. Anak belum siap, emak belum siap, kondisi tdk memungkinkan.

Sampai titik tsb, saya sudah hopeless krn mulai memasuki winter. Sudahlah, summer berikutnya saja. Tapi saya tetap sering mengingatkan dan mengajak Eneng ke toilet. Kadang dia mau ke toilet or potty, tapi cuma duduk2 tanpa hasil.

Ulang tahun kedua, April 2011. Sejak usianya 2 tahun ini, Eneng tdk pernah pipis lagi selama tidur malam maupun tidur siang. Jadi, tiap tidur (khususnya malam), saya tidak memakaikan lagi popok kain. Cukup dengan training pants atau sekalian panty lucu. Paginya baru diajak ke potty or sekalian angkut ke bath tub, curr.. pipis. Saat itu, Eneng ternyata lebih suka pipis berdiri dibanding jongkok or duduk. Yah... Saya biarkan dulu. 

Summer 2011 kami pindahan apartemen. Akhirnya ada apartemen idaman yang masuk budget. Packing lagi, unpacking lagi. Kemudian, liburan summer. Diiringi dengan selesainya masa menyusui yang membawa pada perubahan rutinitas tidur malam. Perubahan, yak... Tidak disarankan melalukan TT intensif bila sedang banyak perubahan dalam kehidupan si kecil. So...

Perlahan tapi pasti, saya biasakan dia utk duduk di toilet (tapi kalau tidak berhasil pee, saya tetap bawa ke bath tub dan biasanya langsung curr...), membelikan lagi bbrp buku anak2 ttg TT, membeli dan menjahit training pants tambahan utk menghindari bocor aka accident di apartemen kami yg full carpet, mengiming2i Eneng dgn panty2 baru yang lucu dan girly (just like her sisters, biasanya dia selalu pingin punya barang yang sama dgn Rara), dll...

Tak lama kemudian, setiap kali Eneng pee di popok, dia langsung teriak2 utk memberi tahu. Mulai risih basah kayaknya. Kemudian, dia akan berjalan ngangkang ke kamar mandi. Lebar banget kakinya, keliatan lucu shg saya suka ketawa2. Tahu bhw dia membuat Mama-nya tertawa, setiap pee di popok, jalannya pasti spt itu lagi menuju ke kamar mandi  *little clown...*.

Akhirnya, saya merasa capek juga. Saya sempat bilang kepada suami, rasanya dua tahun lebih masih pakai popok itu melelahkan buat saya. Plus, setiap pee minta diganti. Sehari bisa 10-12  kali ganti popok. Dari sudut kesehatan dan kenyamanan anak, tentu saja hal ini sangatlah baik. Tapi emaknya gempor pisan... Apalagi setiap kali mau dipakaikan popok or TP, anaknya lari ke sana kemari, atau muter ke kanan kiri di meja ganti. 

Still, tetep harus dijalanin... C'est la vie. Saya pikir, toh masuk sekolahnya masih tahun 2012 (usia 3 thn). Menjelang masuk sekolah (misalnya pas liburan summer), kami bisa coba lagi TT intensif. Insya Allah bisa bersih sebelum dia mulai sekolah. 

Ternyata semua itu memang proses menuju kesiapan TT. Sensitivitasnya terhadap 'basah' mulai terbentuk sehingga Eneng tidak nyaman dan selalu minta segera diganti. Yah, itu proses. Kemudian dia mulai bisa menahan pee sampai dibawa ke potty, toilet or bathtub. Dia jg mulai mengerti bahwa ngompol di popok or di karpet (hiks...) adalah suatu hal yang tidak menyenangkan (khususnya buat emaknya). Setiap kali Eneng berhasil pee di tempatnya, saya sering menawarkan apakah Eneng mau melihat saya joget krn senang. Ya, dia selalu mau. Saya pun dgn senang hati berjoget2 utk menunjukkan bahwa saya senang dgn tindakannya pee di potty/toilet/bathtub. A simple reward but it was fun for both of us.

Memasuki musim gugur 2011, Eneng mulai bersih. Awalnya bersih di urusan pee, kemudian baru menyusul urusan pup. Kalau pup, mulai menunjukkan tanda2 sebelum kejadian (tadinya ngga ada sign apapun). Tanda2 yg ditunjukkan Eneng adalah: ngumpet di dalam satu kamar, pintu ditutup. Diajak ke toilet, menolak sambil marah2. Saya tidak memaksa karena sepertinya urusan pup ini sangat sensitif buat Eneng (dohh, inget waktu awal MPASI, sembelit terus...). Akhirnya suatu malam, Eneng menangis. Sakit perut katanya. Saya ajak ke toilet, keluar deh semua... Diare. Untung di toilet cuy... Bayangin kl di panty-nya, bisa habis deh tempat tidur. Eneng pun mulai senang pup ke toilet dengan keuntungan: pantatnya ngga bakal tersentuh pup (suatu hal yang bikin dia ngga nyaman setiap habis pup di popok/TP).

Sejak itu, memasuki usia 2 tahun 6 bulan, Eneng rutin pee dan pup di toilet or kamar mandi. Lancar... kadang masih ada accident sedikit tapi bisa dihitung dengan jari. Pernah keluar rumah seharian di cuaca dingin, Eneng tidak bikin accident apapun. Pee di toilet publik. Di daycare juga tidak pee di popok sama sekali. Saatnya anak2 diganti popok, pengasuhnya selalu menemukan popok Estelle kering sehingga dia ditawarkan utk pee di toilet mini. Lancar... Di restoran, rumah Mamie, rumah teman, lancar semua... Emaknya senang.

Yang unik adalah, sampai saat ini setiap Eneng pup di toilet, dia selalu minta saya memeluk badannya. Comforting kali ya... Sekali lagi, mengingat riwayat sembelit dan puppy dgn obat (pasti ngga nyaman), saya selalu siap utk memeluknya setiap kali pup. Anything to make her feel comfortable. "Maman, peluk!". Siap! Walaupun sehabis itu dia ketiduran dalam pelukan saya ^_^


Share/Bookmark

6.12.11

Training Pants (2)

Review borongan yukk...


Bright Bots (UK)
Jenis TP yang lapisan waterproof-nya di bagian soaker dan bahan utamanya (inner outer) adalah katun terry. Modelnya tanpa closure, jadi spt celana dalam biasa. Walaupun warnanya polos tapi pilihannya cantik2. Harganya terjangkau banget. Waktu saya cek seller di Perancis, bandingkan dgn di UK, tentu saja lebih murah di UK. Nah, berhubung saya niat beli tiga biji, jadi ya sekalian deh dari UK aja (eBay.co.uk). Agak bingung di pilihan size tapi kemudian saya putuskan utk beli yg S mengingat si Eneng langsing jaya. Ternyata muatnya hanya sebentar, segera akan di-fleamarket-kan.

Review: Cukup utk menahan pee satu kali, artinya kalau ada accident aja. Kl si kecil pee beneran dgn volume banyak, ya kurang nampung.

Imse Vimse (UK)
Belinya secondhand di leboncoin.fr, size-nya 11-14 kg. Jenis dan modelnya sama dengan Bright Bots. Karena saat itu ada seorang mommy yg jual langsung dua pieces, langsung deh dibeli (menghemat ongkir).

"A comfortable layer of organic cotton on the outside, soft elastic at the waist, two layers of absorbent organic terry cloth on the inside and a layer of polyurethane-laminated polyester keep clothes dry and allow the skin to breathe." (source: Imse Vimse website)

Review: Menahan pee lebih baik daripada Bright Bots. Sayangnya kl dijemur, keringnya lama.

Qtbunns (US, di Etsy)
Jenis dan modelnya idem juga dengan Bright Bots & Imse Vimse. Saya membeli yang berukuran S dan syukurlah ngga salah, masih bisa dipakai sampai sekarang. Motif Qtbunns ini cukup menarik dan membuat bingung dalam memilih. Akhirnya, mengingat si kecil suka pink dan ungu, saya pilih dua yang warna dominannya pink dan ungu juga...

Review: Sama dengan Imse Vimse di atas.




Beli secondhand juga di leboncoin.fr. Sizenya yang utk berat badan bayi 10-13 kg. Cepat banget sempitnya deh... O iya, jenisnya mirip dgn Bright Bots hanya saja ada perbedaan sedikit di model yaitu ala Boxer. Satu set udah ada dua pieces.

Review: Cukup menahan accident pee. Modelnya yg boxer style itu bikin pantat si kecil jadi gemesin... Keringnya agak lama di jemuran.


Ini punya anaknya teman yg sudah lama dipinjemin tapi sempat kegedean. Warnanya polos putih (ada option pink dan biru juga sih kalau ngga salah). Kl secara general, mirip banget dengan Bright Bots. Harganya aja yang beda (mahalan Bambino Mio).

Review: Sama dengan Bright Bots.



Notes :
  • Semua TP di atas tanpa stay dry inner yah… Spy berfungsi sbg alarm kl bocor.
  • Semua TP di atas innernya mudah dibersihkan kl terkena pup. No stain…
  • Review yang lengkap ada di Milis Popok Kain



Trimsies (US) 
Kalau yg ini jahit sendiri (pattern-nya beli di Trimsies). So far suka banget yg modelnya basic. Penyerap dan waterproof layer-nya bisa divariasikan sesuai preferensi kita. Saya sudah buat juga yang modelnya side snapping tapi belum bisa dikasih komentar.

Review: Kl yg ini jadinya review pattern yah. Nanti akan diulas terpisah.



Kesimpulan: Ternyata TP yg model2 basic (tanpa closure) oke2 aja kl ada accident pup, asal pup-nya ngga liquid spt diare. Jadi utk anak2 yg sudah solid pup-nya, bisa coba TP model basic ini. Kl ada accident pup, dibuka pelan2 saja, biasanya pup tsb ngga jatuh/keluar dari pants-nya dan kita bisa langsung lontarkan ke dalam toilet. Tapi kl pas anaknya diare, kerjaan nih... :D

Note: Review ini utk pemakaian selama kurang lebih 4-5 bulan pada anak usia 2 tahunan.




Share/Bookmark

4.10.11

Perawatan Popok Kain (3)

Tulisan ini tentang perawatan popok kain anak saya untuk satu setengah tahun belakangan ini. Pada intinya hampir sama dengan yang ada di blog Perawatan Popok Kain (2), hanya ada sedikit perubahan yaitu:


  • Untuk menyimpan popok kotor, saya hanya menggunakan nappy bucket Bambino Mio tanpa laundry net. Popok yg terkena noda langsung saya kucek sebelum dimasukkan ke ember tersebut.
  • Bambino Mio Fresh masih dipakai sampai akhirnya kami mencoba deterjen khusus yaitu Potion Tots Bots. We loved it so much! Dengan Potion, Mio Fresh tidak dibutuhkan lagi. Kemudian Juli lalu, kami mencoba Ultraco. Seperti halnya Potion, kami tidak menemukan masalah bau pada popok. Kedua deterjen tersebut bisa digunakan selama dua bulan utk setiap pak-nya. Sebulan terakhir ini, kami menggunakan deterjen Ecover yang banyak direkomendasikan ibu2 di forum cloth diapering. Sejauh ini, saya suka juga. No smell dan bersih.
  • Suhu pencucian: sejak saya pakai Potion sampai Ecover, suhu cukup di 30 dercel saja. Bersih! Utk Potion dan Ecover, keduanya mencantumkan di petunjuk pencucian bahwa dengan suhu 30 dercel saja sudahlah cukup.
  • Pengeringan: Dua bulan terakhir ini, saya mencoba untuk mengeringkan popok dengan dryer namun TIDAK untuk popok ber-PUL maupun diaper cover. Hasilnya, sangat menarik... Popok fitteds dan insert2 jadi lebih lembut begitu keluar dari dryer.


Cloth diapering is fun... Perawatannya bisa berubah sesuai kondisi (jenis bahan popok, deterjen, preferensi, mesin laundry yg ada, etc).



***



Share/Bookmark

17.8.11

Elastic Story

Seperti yang sudah saya rencanakan, bahan2 yg sudah dipotong untuk trainer Trimsies dibawa ke mertua. Mesin jahit saya, Selecline, masih suka ngambeg. Jadi saya memanfaatkan liburan di mertua dgn meminjam mesin Singer bu-mer.

Awalnya pingin jahit yang bahan outernya katun ijo itu. Tapi akhirnya berubah, ke bahan fleece, karena pingin duluan bikin Quick Trainer (itu istilah di panduan pattern Trimsies). Ternyata, dengan keterbatasan kemampuan saya menggunakan mesin jahit, plus beberapa faktor lain, si bahan Quick Trainer ngga jadi2 walaupun saya sudah menjahitnya lebih dari dua jam.

Macetnya di bagian penjahitan elastik. Jenis elastik yang saya beli itu latex. Dibeli di satu toko online keperluan seputar popok kain. Kayaknya di Perancis, jenis elastik ini cukup banyak beredar utk membuat popok kain. Tapi kenapa jarum mesin jahitnya ngga mau ya... Tiap saya coba, selalu benangnya ngga ngiket. Alhasil, elastik bolong2 kecil kena jarum. Saya tes berulang utk menjahit ke bahan lain, bisa. Kenapa ya...

Ribet dengan urusan sahur dan berbuka di rumah mertua, kemudian urusan2 lain, akhirnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkan project tsb. Tapi tetap saya ingin cari tahu kenapa oh kenapa si elastik seperti itu. Di situs ini dan ini, kelihatan baik2 saja, terjahit dgn sukses. Di link sini juga idem (ih, warna pink-nya cakep).

Akhirnya, tekad kuat utk segera membeli mesin jahit baru yg bagusan ber-merk. Bobol tabungan! *ntar kl dapet bonus, gantiin duitnya ya, Pa...* Maksudnya, supaya saya bisa terus coba dan praktek, ngga usah nunggu moment ke mertua. Kesian jg nanti kl mesin bu-mer rusak gara2 saya. Tul ngga... Lagian saya mepet nih, planning toilet training kan summer ini. Summer dah mau kelar euyy...! *red alert*

Hari ini, mesin jahit, belum terwujud. Tekad belinya baru dua hari lalu. Kami blm sempat ke tokonya yg kebetulan beda kota. Sejam aja sih dari sini ke Montargis. Mungkin wiken ini.

Sambil menunggu wiken, ternyata ada another elastic story yang menyebalkan.

Kemarin kutak katik box isi bahan2 menjahit dan saya menemukan FuzziBunz ijo yang PUL-nya udah tewas. Saya ingat bhw elastik-nya FB ini sangat istimewa dan mudah dicopot. Segera saya cabut kedua elastik tsb dari casing-nya. Gembira... Saya ingin menerapkan teknik yg sama. Using that buttonhole elastic with, of course, buttons on my Trimsies trainer.

Habis subuh, saya jahit kancing2 & casing utk trainer menggunakan tangan (handsew). Semangat 45, mumpung hari Kemerdekaan RI. Satu elastik bisa masuk dgn mantap. Keliatan keren. Kancingnya warna-warni, ngga apa lah, ketutupan toh, posisinya di dalam trainer. Saat siap utk memasukkan elastik kedua, saya ngga nemu barangnya. Eh, kemana... Saya bongkar ruangan tempat saya menjahit semi ngantuk itu. Ngga ada. Dicari ke ruangan lain, ngga ada juga. Ajaib. Harusnya kan ngga jauh2 dari elastik pertama. Apa saya pindahin ya?

Mubeng2 seluruh rumah, ngga nemu. Nyoba cari elastik sejenis (ukuran 3/8 inch) di internet, mimpi lo... Di satu forum emak2 US ada yg bilang ngga bakal dapet ukuran elastik itu utk jenis buttonhole. Cuma FuzziBunz kayaknya yang punya.

Ahhh... Memang ngga jodoh sama elastik *mangkel jambak rambut*




Note. It's finally done. See here.


Share/Bookmark